EFISIENSI SISTEM KERJA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Efesiensi memiliki arti secara
singkat “hemat segala-galanya”. Secara singkat
efisiensi adalah usaha menghemat materi, tenaga, waktu dan sebagainya dalam rangka
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Efesiensi
kerja adalah pelaksanaan pekerjaan dengan cara-cara tertentu tanpa
mengurangi tujuan yang dikerjakan dengan cara paling mudah mengerjakannya,
paling murah biayanya, paling sedikit tenaganya, palingringan bebannya dan
paling singkat waktunya. Di dalam
kantor, seorang pegawai yang bekerja efesien pasti memiliki kecepatan
kerja yang tinggi, atau kebalikannya, jika dia ingin menyelesaikan pekerjaannya
dalam waktu singkat, dia harus bisa meningkatkan kecepatan kerjanya,
berarti dia harus bekerja dengan efesien. Seorang pegawai yang bekerja
tidak efesien, sudah pasti kecepatan kerjanya lamban, sehingga sering
disebut orang menjadi malas. Asalkan punya motivasi, cara bekerja yang efisien
dapat diterapkan oleh setiap pegawai untuk semua pekerjaan kantor baik yang
besar maupun yang kecil.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah
berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah sebagai berikut:
1.
Apa saja
asas-asas efisiensi dalam pekerjaan perkantoran?
2.
Bagaimana
penerapan efisiensi dalam kantor?
C.
TUJUAN
Adapun tujuan berdasarkan
rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui asas-asas efisiensi dalam pekerjaan perkantoran.
2.
Untuk
mengetahui bagaimana penerapan efisiensi dalam kantor.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ASAS-ASAS
EFISIENSI DALAM PEKERJAAN PERKANTORAN
Tatausaha
sebagai suatu bidang kerja hendaknya direncanakan, dibina, dikendalikan, atau pendeknya
ditata dengan sebaik-baiknya. Apabila tidak ditata dengan sebaik-baiknya akan
menjadi kumpulan aktivitas yang tak keruan. Akibatnya mungkin
kesimpang-siuran dalam penyediaan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam
suatu organisasi, mungkin bukannya membantu berhasilnya pekerjaan-pekerjaan
operatif, melainkan sebaliknya malah merintangi, mungkin pula menyebabkan
lambatnya pelaksanaan unsur-unsur administrasi lainnya, tetapi yang pasti ialah
mengakibatkan penghamburan berbagai sumber kerja.
Penataan
terhadap tatausaha dan pelaksanaan bidang kerja itu sendiri harus selalu
berkiblat pada efisiensi. Efisiensi perlu sekali dijadikan satu-satunya dasar
pemikiran, ukuran baku, dan tujuan pokok bagi semua pelaksanaan kerja
ketatausahaan. Misalnya dalam menulis surat hendaknya diutamakan pokok soalny
yang jelas daripada bahasanya bahsanya dengan kata-kata poetis yang
indah. Alat tulis yang dapat dipakai secra cepat dan lancer adalah lebih
penting daripada pulpen emas 24 karat yang tintanya sering macet kalau dipakai
dalam pelaksanaan tatausaha.
Efisiensi
adalah suatu asas dasar tentang perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan
hasilnya. Perbandingan ini dapat dilihat dari 2 segi yaitu:
1.
Segi
Usaha
Suatu kegiatan dapat dikatakan
efisien apabila suatu hasil tertentu tercapai dengan usaha yang
sekecil-kecilnya. Pengertian “usaha” dapat dikembalikan pada 5 unsur yang dapat
juga disebut sumber-sumber kerja, yakni:
a.
Pikiran
b.
Tenaga
c.
Waktu
d.
Ruang
e.
Benda,
termasuk uang
Usaha huruf C adalah yang efisien karena memberikan
perbandingan yang terbaik dilihat dari sudut usaha, yaitu paling sedikit
mengeluarkan 5 sumber kerja untuk mencapai hasil tertentu yang diharapakan.
2.
Segi
Hasil
Suatu kegiatan dapat disebut efisien kalau dengan
suatu usaha tertentu memberikan hasil yang sebanyak-banyaknya, baik yang
mengenai mutunya ataupun jumlah satuan hasil itu.
Usaha huruf C adalah yang efisien karena
menunjukakan perbandingan yang terbaik ditinjau dari sudut hasil, yaitu
memberikan hasil yang paling besar mengenai jumlah atau mutunya.
Konsepsi tentang efisiensi
sebagai perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya itu dapat
diterapkan dalam berbagai bidang, dari kehidupan pribadi yang bersifat
perorangan sampai lapangan pekerjaan yang luas. Apabila diterapkan dalam bidang
kerja apapun, maka terdapatlah efisiensi kerja.
Penelaahan dan aktivitas untuk
mecapai efisiensi kerja telah lazim di sebut work simplication (secara harfiah
berarti penyederhanaan kerja) dalam kepustakaan dunia Barat. Usaha mencapai
efisiensi kerja atau work simplication di dunia Barat itu berdasarkan ide pokok
bahwa “selalu terdapat suatu cara yang lebih baik untuk melaksanakan suatu
pekerjaan”. Tokoh pelopornya antara lain seorang insinyur perindustrian Amerika
bernama Allan H. Mogensen. Tokoh ini secara sederhana merumuskan pengertian
work simplification sebagai “penggunaan akal sehat secara teratur untuk
menemukan cara-cara yang lebih mudah dan lebih baik dalam melaksanakan
pekerjaan”. Dalam perkembangan selanjunya work simplication diterapakn pula
pada pelaksanaan pekerjaan tatausaha di kantor-kantor sehingga kini dikenal
pula istilah “paperwork simplication” (secara harfiah berarti penyederhanaan
pekerjaan kertas). Segenap usaha penyederhanaan dalam bidang tatausaha
itu cukup kiranya dicakup dalam pengertian efisiensi perkantoran.
Efisiensi kerja adalah
perbandingan terbaik antara suatu kerja dengan hasil yang dicapai oleh kerja
itu. Selanjutnya bilamana sesuatu keja dianalisis, dapatlah dibedakan dalam 2
segi, yaitu intinya dan susunannya. Intinya ialah, rangakaian
aktivitas-aktivitas itu sendiri yang wujudnya mengikuti tujuan yang hendak
dicapai, sedang yang dimaksud dengan susunannya ialah cara-cara rangkaian
aktivitas itu dilakukan. Jadi, setiap kerja tertentu mencakup suatu cara
tertentu dalam melakukan setiap aktivitas, apapun tujuan dan hasil yang ingin
dicapai dengan kerja itu.
Dengan tak mengabaikan
faktor-faktor lainnya yang ikut mempengaruhi suatu kerja, maka perbandingan
terbaik antara usaha dan hasilnya dalam kerja itu terutama ditentukan oleh cara
melakukan aktivitas yang bersangkutan. Jadi, efisiensi kerja pada umumnya
merupakan, perwujudan dari cara-cara kerja yang memungkinkan tercapainya perbandingan
terbaik antara usaha dan hasil, yaitu cara-cara bekerja yang efisien.
Sebagaimana yang telah disebut di
awal, bahwa pengertian “usaha” dalam konsepsi tentang efisiensi mencakup 5
unsur atau sumber kerja, yaitu pikiran (tenaga rohani), tenaga jasmani, waktu,
ruang dan material (termasuk uang).
Uang tidak dijadikan sebagai
suatu unsur usaha tersendiri karena pada dasarnya uang adalah suatu alat
pengukur nilai dari benda-benda yang ada di dunia ini. Kalau diliaht uangnya
itu sendiri terlepas dari fungsinya sebagai alat pengukur dan alat penukar,
maka wujudnya adalah suatu benda juga berupa lembaran kertas atau kepingan
logam.
Namun, walaupun uang dimasukkan
dalam unsur benda dari sesuatu usaha, uang itu tetap penting sebagai alat
pengukur nilai setiap benda. Dalam memperbandingkan pemakaian sejumlah benda
yang berlainan dalam berbagai usaha, maka penjabaran nilai benda-benda itu
dalam jumlah harganya yang dicerminkan oleh mata uang merupakan suatu kelaziman
dalam masyarakat modern dewasa ini. Jadi, dalam membandingkan mana diantara dua
usaha yang efisien dilihat dari segi penggunaan materialnya, maka penghitungan
jumlah harganya masing-masing akan lebih memudahkan penilaian itu. Cara inilah
yang kini lebih banyak dipakai terutama dalam rangka menentukan ada atau
tidaknya penghematan.
Dilihat dari segi usaha yang
meliputi 5 unsur tersebut maka dapat dirumuskan lebih kokrit bahwa suatu
cara bekerja efesien ialah yang tanpa sedikitpun mengurangi hasil yang hendak
dicapai merupakan:
1)
Cara yang
paling mudah
2)
Cara yang
paling ringan
3)
Cara yang
aling cepat
4)
Cara yang
paling dekat
5)
Cara yang
paling murah
Dalam setiap bidang kerja dan
pelaksanaan rangkaian cara-caranya biasanya dapat disimpulkan suatu asas yang
menjadi petunjuk dalam melakukan tindakan-tindakan. Demikian pula dalam bidang
tatausaha perlulah kiranya diindahkan asas-asas tertentu agar dapat tercapai
perbandingan terbaik antara setiap kerja ketatausahaan dengan hasilnya.
Asas-asas efisiensi bagi tatausaha itu ada 5, yaitu perencanaan, penghematan,
penghapusan, dan penggabungan. Kesemua ini berturut-turut akan diuraikan lebih
lanjut di bawah ini.
1.
Asas
Perencanaan
Merencanakan berarti menggambarkan di muka mengenai
tindaka-tindakan yang akan dilaksanakan dalam rangka mencapai sesuatu tujuan.
Perwujudan asas ini dalam bidang tatausaha dapat berupa pedoman-pedoman
berikut:
a.
Pedoman
untuk waktu warkat
Setiap warkat yang diciptakan dan
dipelihara harus mempunyai maksud yang jelas dan kegunaan yang nyata. Kegunaan
yang mungkin ada ialah nilai-nilai warkat dalam bidang penerangan, hukum,
administrasi, keilmuan/dokumentasi. Bila tidak bisa dijawab untuk apa suatu
warkat dibuat, maka warkat itu sesungguhnya tidak perlu diciptakan.
b.
Pedoman
tentang penetapan prosedur
Lalu lintas keterangan-keterangan
yang merupakan berbagai prosedur berbagai ketatausahaan tidak boleh dibiarkan
tumbuh sendiri, melainkan harus selalu direncakan dan diatur dengan
mempertimbangkan corak pekerjaaan yang berjalinan dengan prosedur itu.
Selanjutnya semua prosdur dalam suatu organisasi hendaknya dihimpun secara
tertulis dalam buku pedoman (manual).
c.
Pedoman
tentang pengadaan mesin tatausaha
Setiap mesin kantor hendaknya
hanya dibeli dan dipergunakan berdasarkan prosedur ketatausahaan yang telah
ditetapkan. Jadi bukan mengadakan mesinnya dulu, barulah kemudian menyusun
prosedur pekerjaan disekitar atau mengikuti mesin itu.
d.
Pedoman
tentang perencanaan formulir
Macam-macam formulir untuk
menghimpun, mencatat, menyampaikan, atau menyimpan berbagai keterangan
hendaknya dirancangsecara tepat mengenai bentuknya, macam, dan bahannya.
Selanjutnya penciptaan formulir itu harus dikendalikan secara terpusat agar
terhindar penyakit “formitis” (lahirnya formulir baru terus-menerus sambil
dipertahankannya formulir-formulir lama sehingga macamnya sangat banyak).
Formulir baru pada dasarnya juga mengubah prosedur ketatausahaan yang telah
berjalan.
2.
Asas
Penyederhanaan
Menyederhanakan berarti membuat suautu sistem yang
ruwet atau pekerjaan yang sukar menajdi lebih mudah atau ringan. Pelaksanaan
asas ini adalah sebagai berikut:
a.
Pedoman
tentang tatacara
Tatacara dari suatu kerja
perkantoran hendaknya dipilih yang benar-benar menghemat sumber-sumber kerja,
yaitu cara-cara yang termudah (menghemat pikiran), yang teringan (menghemat
gerak dan tenaga), yang tercepat (menghemat waktu), yang terdekat (menghemat
jarak/ruang kerja), dan yang termurah (menghemat benda).
b.
Pedoman
tentang perlengkapan tatausaha
Segenap perlengkapan tatausaha
dari material sampai mesin dan perabot kantor sejauh mungkin hendaknya
diusahakan standarisasi untuk memudahkan pengadaan, pengurusan, dan
perawatannya.
c.
Pedoman
tentang pengorganisasian tatausaha
Berbagai kerja perkantoran yang
bersifat umum sebaiknya dipersatukan dan dipusatkan pada suatu bagian tatusaha
yang melayani semua satuan operatif, dan rancangan formulir. Selanjutnya
kerja-kerja perkantoran lainnya yang agak khusus dapat dilakukan dalam
masing-masing satuan operatif yang berhubungan dengan suatu pekerjaan induk
atau menyusun laporan dari suatu tugas.
3. Asas
Penghematan
Menghemat berarti mencegah
pemakaian benda-benda secara berlebihan sehingga biaya pekerjaan yang
bersangkutan menjadi mahal. Asas ini dapat dilaksanakan dalam pedoman-pedoman
yang berikut:
a)
Pedoman
tentang Perhitungan Biaya dan Kemanfaatan
Dalam menetapkan suatu prosedur
ketatausahaan atau merancang sebuah formulir, hendaknya selalu diperhitungkan
besarnya biaya yang akan dikeluarkan dan kemanfaatan yang mungkin diterima.
Biaya tata usah harus sepadan dengan kegunaannya. Misalnya apabila dengan
sehelai kertas biasa dapat dicatat keterangan yang sama mudahnya atau
manfaatnya seperti memakai suatu formulir, maka fomulir tercetak yang jelas
biayanya lebih mahal itu tiak perlu dibuat.
b)
Pedoman
tentang Perhitungan Kebutuhan Warkat
Dalam memperbanyak warkat
(berbagai manual dan naskah-naskah lainnya yang tebal) hendaknya senantiasa
dihitung secara cermat jumlah kebutuhannya agar tidak berlebihan sehingga
menghamburka material atau warkat itu bertahun-tahun di kantor karena tidak
habis.
c)
Pedoman
tentang Mekanisasi Tatausaha
Pemakaian mesin-mesin tata usaha
hendaknya dilakukan setelah mempertimbangkan prosedur ketatausahaan yang
ditetapkan dan faktor biaya. Harga sesatu mesin baru perlu diperbandingkan
dengan kemungkinan jasa yang dapat diberikannya dan harga mesin lain yang
sejenis. Yang harus diutamakan ialah kemanfaatan riil suatu mesin dan
kewaspadaan terhadap penghematan semu (mesin yAng tampaknya lebih murah tapi
mutunya rendah sekali).
4. Asas
Penghapusan
Menghapuskan berarti meniadakan
langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang
dianggap kurang perlu atau tidak berhubungan dengan hasil kerja yang ingin
dicapai. Pelaksanaan asas ini dapat diwujudkan dalam pedoman-pedoman yang
berikut:
a)
Pedoman
tentang Peniadaan Gerak-gerak dalam Pekerjaan
Dalam pelaksanan kerja
perkantoran dilakukan gerak-gerak tangan atau bagian tubuh lainnya oleh para
pegawai. Gerak-gerak yang berlebihan atau langkah-langkah pekerjaan yang
mengeluarkan tenaga jasmani tetapi sesungguhnya kurang perlu hendaknya
ditiadakan. Misalnya saja tanda kurung pada nama penandatanganan surat atau
garis bawah pada nama kota dari alamat surat disampul sesungguhnya dapat
dihapuskan tanpa mengurangi maksud surat itu. Prof. Ralph Barnes (Motion and
Time Study, 1958) menaksir bahwa 25%-50% pekerjaan jasmani di toko, kantor,
pabrik, dan rumah adalah tidak perlu; pekerjaan termaksud dapat dilakukan
dengan cara yang mengeluarkan tenaga yang lebih kecil tetapi memberian hasil
yang sama.
b)
Pedoman
tentang Penghapusan Tembusan-tembusan atau Warkat-warkat Lainnya
Dalam pelaksanaanna tatausaha
tembusan-tembusan surat kepada instansi-instansi yang kurang perlu atau tidak
langsung bersangkutan hendaknya ditiadakan. Demikian pula, penyalinan atau
penyetensilan sesuatu warkat sebaiknya tidak dilakukan apabila dokumen itu
dapat dipakai secara bergilir.
5. Asas
Penggabungan
Menggabungkan
berarti mempersatukan pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai persamaan atau
benda-benda yang mungkin dikerjakan sekaligus dalam 1 langkah sehingga dapat
menghemat waktu kerja. Pedoman-pedoman pelaksanaan asas ini adalah sebagai
berikut:
a)
Pedoman
tentang Kerja Sekali Jalan
Kekembaran kerja dalam tatausaha
hendaknya dihindarkan dengan jalan sebanyak mungkin menggabungkan pelaksanaan
pekerjaan-pekerjaan yang sejenis. Misalnya dalam pembuatan macam-macam
formulir, penstensilan sekaligus 2 model atau lebih pada helai sit akan
menghemat tenaga dan waktu.
b)
Pedoman
tentang Pemakaian Alat-alat Serbaguna
Dalam pengadaan perbekalan
tatausaha hendaknya dibeli alat-alat kerja yang serbaguna atau setidak-tidaknya
yang merupakan penggabungan antara 2 satuan yang lebih sederhana. Ini misalnya
ialah potlot merah-biru, karet pengapus kombinasi, atau mesin hitung yang dapat
dipakai untuk macam-macam cara berhitung.
Demikianlah
5 asas efisiensi sebagai dalil umum berikut serangkaian pedoman yang merupakan
perumusan secara garis besar guna menerapkan asas-asas itu dalam bidang
tatausaha yag harus diperhatikan oleh para manajer kantor. Selanjutnya
pedoman-pedoman tentang efisiensi tatausaha itu akan terwujud secara nyata
dalam suatu rangkaian “pelaksanaan” yang hendaknya betul-betul dijalankan oleh
setiap pegawai tatausaha.
B.
PENERAPAN
EFISIENSI DALAM KANTOR
Berdasarkan
asas dan pedoman-pedoman efisiensi tatausaha sebagaimana telah diuraikan dalam
paragraph 1 di muka, dapatlah kini diperinci lebih lanjut cara-cara bekerja
yang efisien di bidang tatausaha yang perlu dilaksanakan dalam setiap kantor
modern. Sejalan dengan adanya 5 unsur usaha atau sumber kerja, maka pelaksanaan
efisiensi pada macam-macam kerja ketatausahaan ini digolong-golongkan menurut
penggunaan masing-masing sumber kerja itu:
a.
Pikiran –
untuk mencapai cara yang termudah
b.
Tenaga –
untuk mencapai cara yang teringan
c.
Waktu -
untuk mencapai cara yang tercepat
d.
Ruang -
untuk mencapai cara yang terdekat
e.
Benda -
untuk mencapai cara yang termurah
a. Pemakaian
Pikiran
1)
Pekerjaan
mental yang memakai banyak pikiran sedapat-dapatnya diubah menjadi pekerjaan
semi mental atau pekerjaan yang semata-mata dapat diselesaikan dengan tenaga
jasmani saja.
Contoh:
Untuk
pekerjaan-pekerjaan menghitung yang berulang kembali seperti misalnya upah
buruh harian atau harga pembelian bahan bangunan hendaknya disiapkan tabel-tabel
jumla atau perkalian sehingga tinggal membacanya dan tidak usah setiap kali
menghitung. Ini akan menghemat pikiran dan mengurangi kemungkinan membuat
kesalahan di sampingnya pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat.
2)
Pekerjaan
yang terdiri dari banyak kegiatan visual hendaknya memakai sarana yang
memudahan pembacaan atau penangkapan mata itu.
Contoh:
Dalam
menulis bilangan-bilangan hendaknya dinyatakan dengan angka-angka dan bukan
huruf sehingga lebih mudah ditangkap oleh mata. Dalam menyalin naskah dengan
mesin tik, hendaknya dletakkan mistar dibawah garis-garis kalimat sehingga
memudahkan pembacaan dan tidak kehilangan jejak pada naskah itu.
3)
Pada
pekerjaan yang tersusun atas beberapa langkah dan cukup ruwet sedapat-dapatnya
langkah-langkah permulaanya disiapkan atau diselesaikan terlebih dahulu untuk
memudahkan penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut.
Contoh:
Dalam
mendaftar suatu rangkaian keterangan yang diberi nomor urut itu ditulis dulu
semuanya sampai selesai sehingga tidak ada nomor yang ketinggalan. Dalam
membuat suatu formuir pada sit stensil, kolom-kolom mendatar dan tegak dari
formulir itu dapat digaris lebih dulu dengan mistar di atas meja sebelum sit
dipasang pada mesin tik untuk dibubuhi kata-katanya. Demikian pula label-label
menegnai berbagai keterangan dapat disiapkan lebih dulu sehingga kelak tinggal
menempelkan secara secara gampang.
4)
Pekerjaan-pekerjaan
yang mempunyai sifat-sifat yang berlainan atau yang memerlukan pengerjaan yang
berbeda-beda hendaknya digolong-golongkan secara jelas. Bila pekerjaan-pekerjan
ini akan diajukan kepada atasan hendaknya diajukan secara terpisah-pisah
sehingga mempermudah penyelesainnya.
Contoh:
Surat-surat
yang akan diajukan kepada pimpinan instansi perlu dipisahkan dalam beberapa
berkas yang ditandai misalnya. “Untuk dibaca” (berisi umpamanya surat-surat
tembusan yang hanya perlu diketahui oleh pimpinan), “Untuk dijawab”,
“Memerlukan tindakan-tindakan” atau “Surat-surat untuk ditandatangani”.
Selanjutya bila perlu sesuai dengan pentingny, surat-surat dapat diajukan dalam
2 macam berkas, misalnya berkas warna biru untuk surat-surat biasa dan berkas
warna merah untuk surat-surat yang harus segera mendapat perhatian dari
pimpinan
5)
Tingkat
urgensi dalam penyelesaian suatu pekerjaan hendaknya tidak terlampau banyak
sehingga hilang artinya atau sukar membedakannya satu sama lain maupun
melaksanakannya.u
Contoh:
Surat-surat
hendaknya tidak dibedakan dalam 3 urgensi (misalnya penting, segera, dan amat
segera) melainkan sebanyak-banyaknya 2 tingkat saja yaitu cepat dan kilat.
Dalam administrasi Negara yang baik dan tertib, sesungguhya semua surat harus
diselesaikan secepatnya sehingga untuk tingkat yang lebih cepat cukup 1 saja,
yaitu segera yang berarti surat itu harus diselesaikan seketika.
6)
Segenap
langkah-langkah pekerjaan yang merupakan suatu prosedur hendaknya diatur
sehingga merupakan suatu rangkaian yang lancer dan mengikuti aliran pekerjaan
menurut urut-urutan yang tepat.
7)
Untuk
setiap benda hendaknya disediakan tempat penyimpanan tertentu dan benda itu
harus senantiasa berada di tempatnya apabila tidak sedang dipakai.
Contoh:
Untuk
menyimpan bermacam-macam berkas atau material tatausaha hendaknya disediakan
lemari-lemari tertentu yang pada pintu sebelah luarnya diberi tulisan-tulisan
seperlunya mengenai isinya. Berkas-berkas dan benda-benda itu hendaknya disusun
secara teratur dan ditaruh dengan tertib. Ini akan mengurangi kemungkinan
mencari-cari atau memili-milih yang membuat banyak tenaga dan waktu sedang
kadang-kadang menimbulkan kejengkelan. Kalau tempat penyimpanannya sudah tetap
dan pegawai sudah biasa, setiap berkas atau material yang diperlukan dapat
diambil dengan mudah dan cepat.
8)
Setiap
tempat penyimpanan hendaknya diberi tanda pengenal seperlunya atau
catatan-catatan keterangan mengenai isinya.
b. Pemakai
Tenaga
9)
Gerak-gerak
tangan atau tubuh lainya yang berlebih-lebihan dalam melaksanakan suatu
pekerjaan jasmani hendaknya dihindarkan.
10) Pekerjaan jasmani sedapat-dapatnya diubah menjadi pekerjaan otomatis
atau dilaksanakan dengan bantuan sarana mekanis.
Contoh:
Dalam
membubuhkan keterangan tertentu pada warkat-warkat, hendaknya diubah dari
tulisan tangan menjadi pembubuha dengan stempel. Dalam menggandakan warkat hendaknya
diusahakan dengan mesin listrik yang dapat memutar sendiri secara otomatis.
11) Bagi setiap pekerjaan sedapat-dapatnya diusahakan agar dilakukan dengan
kedua tangan berbarengan dengan arah yang berlawanan dan setangkup.
Contoh:
Dalam
menghimpun lembaran-lembaran stensil hendaknya lembaran itu tidak dijejerkan
secara memanjang diatas meja, melainkan disusun dalam bentuk setengah lingkaran
di muka pegawai dan kemudian setiap kali diambil berbarengan dengan tangan
kanan maupun kiri dari sebelah luar terus kea rah tengah sehingga kedua tangan
bertemu.
12) Pada
pekerjaan yang memakai jari-jari tangan, beban kerja hendaknya dibagi secara
tepat diantara masing-masing jari itu sesuai dengan kekuatannya.
Contoh:
Mengetik dengan 10 jari membagi beban kerja
secara lebih merata diantara jari-jari tangan.
13) Benda dan
alat kerja yang setiap stas taluaat dipakai hendaknya ditaruh dalam lingkungan
bidang kerja yang dicapai oleh tangan dengan tidak usah menggerakkan badan.
Contoh:
Potlot, jepitan keras, dan benda-benda lainnya yang
sering dipakai hendaknya ditaruh dalam kotak kecil diatas meja untuk
memudahkan pemakaiannya. Demikian pula karet penghapus dapat diikar dengan
seutas tali yang ujung satu nya ditambatkan pada mesin tik sehingga setiap kali
diperlukan tidak usah mencari-cari kemana-mana. Pesawat telepon hendaknya
ditaruh diatas meja dalam batas jarak yang dapat diraih oleh tangan pejabat
yang bersangkutan dengan tidak usah berdiri atau memutarkan tubuhnya.
14) Sesuatu
langkah pekerjaan yang sama hendaknya tidak dilakukan berulang-ulang dalam
suatu kebutuhan kerja, 1 kali saja sudah cukup.
Contoh:
Dalam menandatangani surat yang mempunyai beberapa
tembusan hendaknya dilakukan dengan karbonnya masih melekat pada surat itu
sehingga cukup dengan 1 kali tanda tangan saja memakai pena bolpen dapat tembus
beberapa rangkap.
15) Pekerjaan-pekerjaan
yang sejenis sedapat-dapatnya diusahakan pelaksanaannya sekali jalan atau
digabungkan penyelesaiannnya dalam 1 proses.
Contoh:
Formulir-formulir stensilan yang jumlah
pemakaiannya kira-kira sama hendaknya diketik pada satu sot sehingga sekali
putar dapat diperoleh 2 macam formulir atau lebih.
16) Setiap
kegiatan jasmani hendaknya selalu produktif, yaitu memberikan hasil tertentu
dan tidak ada tenaga yang terbuang sia-sia.
Contoh:
Bila seseorang pejabat ingin menemui pejabat lain
sebaiknya menelepon lebih dulu tentang ada atau tidaknya sehingga tidak
membuang tenaga dan waktu secara sia-sia karena pejabat yang akan ditemui itu
sedang pergi.
17) Tangan
kiri hendaknya tidak dijadikan semacam alat pemegang dalam proses
pekerjaan atau berdiam diri menunggu saja.
c.
Pemakaian
Waktu
18) Hari,
bulan dan tahun hendaknya direncanakan pemakaiannya dengan sebaik-baiknya
sehingga tidak ada pekerjaan yang tertunda, terlambat, atau terbengkalai.
19) Waktu
kerja hendaknya selalu produktif, yaitu tidak ada waktu yang hampir tanpa
memberikan suatu hasil kerja betapa pun kecilnya.
Contoh:
Setiap pejabat hendaknya menyusun acara dan jadwal
kerja untuk setiap hari, setiap minggu atau setiap bulan ataupun jangka waktu
yang lebih panjang. Umpamanya merencanakan setiap pagi pada satu jam yang
pertama setelah tiba dikantor mempelajari persoalan-persoalan/urusan-urusan
yang sulit, 1 jam terakhgir menandatangi surat-surat, minggu pertama dari
setiap bulan menyusun laporan, akhir bulan mengadakan pemeriksaan atau
melakukan perhitungan. Dengan demikian, waktu kerja dipakai dengan
sebaik-baiknya.
d.
Pemakaian
Ruang
20) Lalulintas
warkat dalam kantor hendaknya diusahakan menempuh jarak yang terpendek dengan
menghapuskan perjalanan yang tak perlu atau mengubah letak perabotan kantor
sesuai dengan urut-urutan penyelesaian warkat itu.
21) Alat-alat
perlengkapan kantor hendaknya ditaruh dekat pegawai-pegawai yang paling sering
mempergunakannya untuk mengurangi jarak mondar-mandir yang banyak.
Contoh:
Lemari, mesin tik dan peralatan lainnya hendaknya
diletakkan terdekat dengan pegawai-pegawai yang paling banyak memakianya untuk
memelihara jarak yang paling pendek.
22) Benda-benda
yang tidak diperlukan lagi hendaknya tidak disimpan terus melainkan langsung
dibuang ke dalam keranjang sampah sehingga tidak memakan tempat.
Contoh:
Sit-sit stensil yang sudah tak terpakai lagi,
undangan-undangan pertemuan yang sudah lewat, memo-memo yang telah diselesaikan
serta benda-benda lainnya seperti umapamnya botol tinta kosong, bekas pita
mesin tik dan sisa potongan potlot yang tidak terpakai lagi hendaknya tidak
disimpan terus dalam laci-laci meja kerja, melainkan terus disingkarkan.
e.
Pemakaian
Benda (termasuk uang)
23) Material
dan peralatan tatausaha yang dibeli sedapat-dapatnya yang bercorak serbaguna
sehingga dapat dipakai untuk berbagai keperluan. Titik berat hendaknya
ditekankan pada faktor fungsionil (yaitu kemanfaatan rill yang dapat diberikan
oleh perbekalan itu) dan bukan faktor prestise.
Contoh:
Material tatausaha yang sedikit banyak dapat
dipakai untuk berbagai keperluan misalnya ialah potlot merah-biru, potlot yang
ujung belakangnya diberi karet penghapus, pita mesin tik 2 warna, sedang alat
serbaguna misalnya ialah mesin hitung yang lengkap untuk segala macam
perhitungan atau lemari serbaguna. Material dan peralatan ini sesuai dengan
kebutuhan hendaknya dimiliki untuk melancarkan pekerjaan-pekerjaan.
24) Pembelian
barang perbekalan tatausaha yang habis pakai hendaknya dilakukan sekaligus
dalam jumlah dan ukuran yang besar. Misalnya membeli kertas berukuran plano
(65x100cm) atau bahkan rol-rolan dan membeli tinta dalam takaran literan atau
kalengan. Jadi, tidak membeli menurut rim-riman folio atau losinan botol-botol
kecil yang apabila dihitung harganjya menjadi mahal.
25) Bagi
beberapa material tatausaha tertentu bila mungkin dibeli saja bahan mentahnya
untuk kemudian diolah sendiri. Misalnya bahan perekat kristal yang dapat dimasak
sendiri sehingga tidak perlu membeli lem yang sudah jadi dalam botolan
kecil-kecil. Ini juga akan menghemat biaya atau dengan pengeluaran biaya yang
sama seperti semula memperoleh barang yang lebih banyak.
26) Untuk
setiap barang perbekalan tatausaha yang banyak pemakaiannya hendaknya dibuatkan
spesifikasinya sehingga tidak akan terjadi salah beli, terutama membeli dalam
mutu yang lebih rendah. Mislanya, dalam membeli kertas karbon gendaknya
ditetapkan warnanya, ukurannya, tebalnya, dan merek pabriknya yang terkenal
bermutu tinggi (tahan lama dipakai) dengan harga yang layak.
27) Dalam
pembelian barang-barang tatausaha hendaknya waspada agar tidak terperangkap
dalam penghematan semu. Misalnya membeli alat tulis yang harganya memang murah,
tapi kegunaan atau daya tahan alat itu sangat rendah sehingga tak seimbang
dengan berturunnya harganya dibandingkan dengan alat tulis merek lainnya yang
harganya lebih tinggi. Dalam hal ini akan terjadi bahwa alat tulis tersebut
sebentar-sebentar harus diganti sehingga akhirnya jumlah pembiayaan dengan alat
itu menjadi mahal juga. Lebih tepat membeli alat yang harganya lebih tinggi
secukupnya tapi mutunya tinggi dan kegunaannya terjami lama.
28) Setiap
pemakaian material tatausaha hendaknya dapat diperhitungkan banyaknya dan
dipertanggungjawabkan pentingnya. Misalnya dalam menstensil peraturan hendaknya
dapat dihitung dimuka mengenai banyaknya rim kertas yang betul-betul
diperlukan. Jadi, tifak boleh kira-kira perlu sekian banyak. Perhitungan yang
cermat dan pertanggungjawaban yang ketat akan mendorong pegawai untuk
memakainya secara hati-hati dan tidak boros.
29) Pembuatan
warkat-warkat hendaknya dilakukan dalam jumlah yang sungguh-sungguh diperlukan
sehingga tidak menghamburkan material.
Misalnya dengan jalan:
Tidak
membuat warkat misaalnya tembusan surat dalam rangkap yang lebih dari pada
jumlah yang diperlukan berdasarkan perkiraan bahwa kelak mungkin dibutuhkan.
Tidak
mengirim tembusan kepada instansi yang kurang perlu atau tidak langsung
bersangkutan dengan persoalan yang dikerjakan.
Tidak
menggandakan sesuatu warkat apabila itu bisa dipakai secara berantai. Umpamanya
tidak setiap peraturan perlu distensil dan dibagi-bagikan kepada semua pegawai.
Bagi petugas atau bagian yang kelak mungkin memerlukan suatu peraturan,
dapatlah kiranya meminjam dari bagian arsip atau dokumentasi.
30) Dalam
pelaksanaan sesuatu kerja perkantoran hendaknya tidak dipergunakan material
yang berlebih-lebihan atau yang bersfiat mewah, melainkan secukupnya saja dalam
kuantitas maupun kualitas sepanjang pekerjaan tersebut telah dapat diselesaikan
secara baik. Misalnya dalam membuat formulir dengan sit stensil, tak perlu
seluruh sit dipakai melainkan bila mungkin berukuran ½ atau ⅟4 ukuran
lembaran itu. Dalam mencetak kartu undangan instansi pemerintah rasanya belum
waktunay memakai tinta emas dan lembaran mengkilat yang harganya jauh lebih
mahal dalam keadaan keuangan negara belum berlimpah-limpah dan bahkan banyak
hutangnya diluar negeri.
31) Dalam
pembuatan formulir yang dipakai pada berbagai bagian dan seksi hendaknya
dipusatkan dan dikendalikan oleh kantor pusat. Dengan demiklan, masing-masing
bagian/seksi tidak perlu membuat sendiri-sendiri yang biasanya mengakibatjan
kekembaran kerja dan pemborosan material.
32) Bila
perlu dan tidak menimbulkan beban kerja banyak, benda-benda sisa hendaknya
dimanfaatkan kembali atau dipakai untuk keperluan-keperluan lainnya. Misalnya
potongan-potongan kertas dapat dijadikan notes, sisa-sisa kertas stensilan
dibuat menjadi amplop.
33) Bagi
mesin kantor dan perlatan tatausaha lainnya hendaknya disususn jadwal perawatan
yang teratur agara alat-alat itu dapat dipakai secara lancar dan mencapai umur
teknis yang terlama. Misalnya mesin tik, mesin stensil dengan pencatatan yang
cermat hendaknya diserviskan setiap jangka waktu tertentu . demikian pula
misalnya setiap tutup kantor, alat penutup mesin-mesin itu hendaknya
dipasangkan oleh pegawai yang memakainya. Pembelian mesin-mesin kantor yang
terlampau sering karena cepat rusak mesin-mesin yang telah dimiliki berarti
penghamburan biaya inventaris yang sesungguhnya dapat dicegah.
34) Pemakaian
telepon interlokal atau pengiriman telegram harus dikontrol dengan ketat.
Misalnya saja telegram yang disusun dengan cermat sehingga memakai kata-kata
yang sedikit mungkin tanpa mengurangi kejelasannya dapat menghemat biaya yang
banyak juga bila volume pengiriman itu cukup besar. Kebiasaan atau kegemaran
untuk sedikit-sedikit main interlokal padahal urusannya cukup diselesaikan
dengan surat harus pula dikikis agar tercapai penghematan dalam biaya
tatahubungan.
35) Pengeluaran
biaya tatahubungan juga tidak sia-sia apabila pesawat-pesawat telepon selalu
dalam keadaan baik. Pesawat yang rusak hendaknya seketika diusahakan
perbaikannya sehingga meniadakan kejengkelan pada pihak sendiri maupun pihak
lain yang melakukan hubungan telepon disampingnya tidak sia-sia membayar biaya
langganan untuk pesawat telepon yang tidak pernah dipergunakan karena rusak.
Demikianlah pelaksanaan sejumlah
cara-cara bekerja efisien dalam bidang tatausaha yang akan menghemat pikiran,
tenaga, waktu, ruang dan benda. Sampai berapa besar jasa tatausaha dalam
sesuatu organisasi atau bagi suksesnya pekerjaan –pekerjaan operatif, hal itu
terutama ditentukan oleh efisiensi kerjanya.
BAB III
PENUTUP
Efisiensi pekerjaan kantor dapat
mempercepat pencapaian target yang telah
digariskan dengan menghemat waktu dan tenaga. Maka dari itu, semua pegawai di
dalam kantor dituntut agar bekerja dengan efisien dengan maksud semuanya bisa
mencapai keberhasilan bersama secara kolektif. Dalam moralnya, setiap pegawai
di dalam kantor tidak boleh mempunyai pikiran pembocoran atau penghamburan,
tidak boleh mempunyai pikiran bekerja lamban, tidak boleh mempunyai pikiran
semaunya, karena semua itu akan mempengaruhi
hasil kerjanya. Seorang pegawai yang hasil kerjanya jelek, sudah tentu akan
mendapat teguran dari pimpinannya, bahkan bisa diputuskan hubungan kerjanya
apabila dianggap sudah parah. Pegawai macam ini
termasuk pegawai tidak efisien, atau pegawai yang memiliki efisiensi
kerja rendah. Pegawai yang tidak menyukai penghamburan, umumnya akan bekerja
dengan efisien, dan pegawai yang bekerja efisien tidak mengeluh walaupun banyak
yang harus dikerjakan. Sebaliknya, pegawai yang tidak efisien akan mengeluh
jika ia diberi pekerjaan agak banyak, bahkan sedikit saja ia sudah mengeluh.
Pegawai macam ini jelas adalah yang malas dan ini tidak termasuk di dalam
lingkaran efisiensi pekerjaan. Oleh sebab itu, cara bekerja yang efisien harus
terus menerus dipraktekkan dan diterapkan agar supaya jiwa efisiensi
benar-benar bisa melekat pada diri setiap orang sehingga keseluruhan kantor
menjadi berpotensi (memiliki tenaga) besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar